Logo nousens

Bulan dan Ingatan

Tentang dirimu, diriku, dan bulan

Sep 1, 2025 - 2 minute read
feature image Satelit Alami Bumi.

Ada malam-malam tertentu di mana langit terasa lebih jujur daripada manusia. Langit tidak pernah menutupi dirinya. Ia menunjukkan luka, kelam, bahkan kekosongan … semua apa adanya. Tidak ada topeng, tidak ada sandiwara. Hanya keheningan yang menyingkap kejujuran.

Aku pernah akrab dengan kejujuran itu. Hampir setiap malam aku menengadah, mencari arti titik-titik cahaya yang bertebaran. Tetapi belakangan ini, hiruk-pikuk dunia mencuri tatapku. Dalam kesibukan yang menuntut hasil dan kecepatan, aku hampir sebulan penuh tidak menatap langit dengan penuh rasa. Aku sibuk menatap layar, angka, gambar, waktu, dan janji-janji kosong. Sementara langit tetap ada menunggu, lebih sabar daripada manusia mana pun yang pernah kutemui.

Malam ini … aku menolaknya. Aku kembali pada sebuah kebiasaan lama yang pernah menenangkan jiwaku. Teleskop yang sedikit berdebu di sudut kamar kupindahkan dengan hati-hati. Ada rasa bersalah yang aneh saat mengusap debu dari permukaannya, seakan-akan aku sedang meminta maaf kepada seorang sahabat lama yang telah kuabaikan.

Lalu kuarahkan teleskop itu ke langit. Dan di sana, bulan menunggu. Bulan yang selalu sama, namun setiap kali kulihat terasa berbeda. Bulan yang dulu pernah menjadi jembatan antara aku dan seseorang.

Sebuah percakapan yang sederhana yang kini bergema kembali. Hey … apakah dirimu masih mengingatnya, Hun? “Walaupun kita nanti terpisah oleh jarak, kita tetap melihat bulan yang sama. Setidaknya kita terhubung melalui satelit alami bumi ini.”

Kalimat itu masih berputar di kepalaku, meski dirimu mungkin sudah melupakannya. Tapi aku tidak bisa. Karena bagiku, bulan sejak itu tidak lagi sekadar satelit bumi. Ia adalah janji samar, adalah kejujuran langit yang tidak pernah bisa kutemukan pada manusia.

Video yang kurekam malam ini hanyalah upaya kecil. Bagi orang lain, mungkin hanya bulan biasa. Tapi bagiku, ia adalah sebuah catatan, perlawanan terhadap lupa. Setiap cahaya yang terekam di lensa itu adalah pengingat bahwa ada bagian dari diriku yang masih hidup di bawah kejujuran langit.

Langit tidak pernah berbohong. Ia tidak pernah menjanjikan sesuatu yang tidak bisa diberi. Malam ini aku percaya justru dalam keheningan dan kejauhan, aku bisa lebih dekat daripada sesuatu yang tak terucapkan.

@thenousens

Hey... apakah dirimu masih ingat obrolan kita dulu? "Walaupun kita nanti terpisah oleh jarak, kita tetap melihat bulan yang sama. Setidaknya kita terhubung melalui satelit alami bumi ini."

♬ La Maritza - Sylvie Vartan