Logo nousens

Hello World!

Halo Dunia!

Aug 31, 2025 - 4 minute read
feature image Hello World!

“Hello World!”

Sapaan sederhana ini mungkin terdengar terlalu biasa, klasik, bahkan klise. Semua programmer memulainya dengan kata ini. Semua perjalanan digital, dari yang paling kecil hingga yang paling megah, punya akar yang sama.

print('Hello World!')

Di atas adalah sebuah baris sederhana dalam bahasa pemrograman Python. Tapi bagiku, ini bukan hanya sekadar kode. Ia adalah pintu, salam pertama kepada dunia yang luas, dan mungkin juga salam kepada diriku sendiri yang belum selesai kukenal.

Aku menuliskan ini bukan karena ingin memberi tahu dunia bahwa aku sudah siap dengan segalanya. Aku menuliskan ini karena aku belum siap. Karena ada ruang kosong yang perlu diisi, ada rasa yang terlalu lama tertutup oleh nalar, dan ada percakapan yang menunggu untuk dimulai.

“Hello World!”

Sapaan itu kupanjangkan, kuberi napas, kubiarkan bergema. Siapa yang sebenarnya sedang kusapa? Apakah dunia di luar sana yang penuh hiruk-pikuk, yang berlari tanpa henti, yang menuntut kita terus bergerak? Ataukah dunia di dalam diriku sendiri yang sunyi, rapuh, dan sering terabaikan? Entahlah.

Aku ingin mempercayai bahwa keduanya sama penting. Bahwa dunia luar dan dunia dalam selalu berdialog, meski sering dari kita berpura-pura bahwa yang satu lebih nyata daripada yang lain. Aku ingin membiarkan keduanya berbicara di ruang ini.

Website ini lahir karena aku ingin tahu … Mengapa aku melakukan semua itu? Apa alasan yang lebih dalam, apa rasa yang tersembunyi, apa nalar yang ingin kugenggam?

Terlalu lama aku berjalan hanya dengan nalar. Tentu ia memang hebat, bisa memberi arah, memberi logika, memberi struktur pada dunia yang kacau. Tapi aku mulai sadar, nalar tanpa rasa hanyalah garis lurus yang hampa. Ia bisa membawaku ke tujuan, tapi sering kali meninggalkan kekosongan begitu sampai di sana. Sedangkan rasa … rasa adalah detak yang memberi makna pada perjalanan. Ia yang membuat sebuah langkah sepele terasa penting, ia yang membuat selembar daun atau secangkir kopi bisa menjadi semesta.

Namun rasa … mudah sekali tertutup. Ia seperti suara kecil yang tenggelam di keramaian. Ia sering kalah oleh nalar yang selalu lebih keras, lebih tegas, lebih logis. Maka aku ingin mencatatnya, menuliskannya, merayakannya kembali.

“Hello World!”

Sapaan ini juga kupakai sebagai undangan. Undangan bagi siapa pun yang tersesat di halaman ini untuk ikut berjalan. Aku tidak tahu apakah perjalanan ini akan membawa kita ke jawaban atau justru ke pertanyaan baru. Tapi bukankah hidup memang lebih sering bertanya daripada menjawab? Bukankah kita semua pada akhirnya hanya pengelana yang menelusuri jalan yang kita sendiri belum tahu ujungnya?

Aku membayangkan setiap tulisan di sini sebagai jejak. Jejak kecil yang mungkin tidak berarti bagi siapa pun, tapi bagiku ia adalah tanda bahwa aku pernah singgah, pernah mencoba, pernah mendengarkan. Mungkin suatu hari aku akan kembali membaca tulisan ini dan tersenyum. Betapa naifnya aku, betapa polosnya sapaan pertamaku. Atau mungkin aku akan menangis, menyadari bahwa meski sudah jauh melangkah … aku masih tetap di titik yang sama. Tapi itu tidak masalah. Yang penting, jejak ini ada.

Aku juga ingin menulis untuk melawan lupa. Dunia digital bergerak terlalu cepat. Kita membuat, mengunggah, membagikan … lalu lupa. Semua berganti, semua tenggelam di arus yang deras. Tapi di sini, aku ingin berhenti sejenak, menuliskan alasan, mengingat kembali. Mengapa aku melakukan ini? Apa yang ingin kusampaikan? Apa yang ingin kurasakan?

Mungkin ini terdengar melankolis. Tapi bukankah melankolia adalah bentuk lain dari kejujuran? Ia bukan kesedihan belaka, melainkan kesediaan untuk menatap hidup tanpa hiasan, untuk mengakui kerentanan, untuk menyapa dunia apa adanya.

“Hello World!”

Sapaan ini adalah janji kecil. Janji bahwa aku akan berusaha menulis dengan jujur, bukan hanya apa yang ingin didengar orang, tapi apa yang benar-benar kurasakan dan kupikirkan. Janji bahwa aku tidak akan menutup-nutupi kelemahan, karena justru di sanalah rasa dan nalar bertemu.

Jika ada yang membaca ini, aku ingin berterima kasih karena sudah singgah. Mungkin dirimu tidak menemukan jawaban di sini. Tapi kuharap dirimu dapat menemukan cermin kecil yang memantulkan sedikit bagian dari dirimu sendiri.

Pada akhirnya, website ini bukan hanya tentangku. Ia adalah percakapan. Aku menulis, dunia merespons. Kadang dengan diam, kadang dengan gema yang tidak terduga. Dan percakapan itu … biarpun samar, adalah yang membuatku tetap merasa hidup.

Jadi sekali lagi, dengan segala kerendahan hati, dengan nalar yang masih ingin mengatur, dengan rasa yang perlahan ingin keluar dari persembunyian, aku ingin mengatakan …

Halo, dunia.

Halo, diriku sendiri.

Halo, perjalanan yang baru saja dimulai.

Dan semoga dari sini, kita bisa terus berjalan … perlahan, tapi penuh makna.